Cerita Sex Adik Sayang Lesbian

Kumpulan Cerita Sex Bergambar, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Ngentot STW, Cerita Panas Tante , Cerita Mesum, Cerita Sex HOT Perawan, Cerita Pemerkosaan ABG, Cerita Bokep, Cerpen Seks xxx, baiklah artikel kali ini adalah dengan judul Cerita Sex Adik Sayang Lesbian Selamat membaca dan semoga terhibur. - Sehabis mandi terasa segar, Dea keluar dari kamarnya dan dari teras di depan kamarnya yg berada di lantai dua, ia melihat adiknya, Tyas, memasuki rumah dengan wajah ceria. Tyas baru pulang sekolah. Tak melihat siapa pun di rumah, Tyas langsung naik dan masuk kekamarnya lalu menyalakan AC. Ia mencuci muka dan tanganya di kamar mandi dalam kamarnya saat mendengar kakaknya bertanya.


“Heii, gimana hasil pengumumannya?”
Tyas keluar dari kamar mandi mendapatkan Dea sedang bersandar di pintu kamarnya.
Tya keterima di SMA XXX, kAK!” Jawb Tyas dengan ceria.
Dea melangkah ke arahnya dan menberikan sebuah kado.
“Nih, buat kamu. Kakak yakin kamu bakal diterima, jadi udah nyiapin kado ini”
“Duuhhhh, makasih, Kak!” Tyas setengah menjerit menyambar kado itu.
Dea duduk diranang Tyas sementara adiknya duduk di meja belajarnya membuka kado itu dan mendapatkan sebuah gelas berbentuk Winnie the Pooh, karakter kesukaanya, sedang memeluk tong yg bertuliskan,
“Hunny” kali ini Tyas benar-benar menjerit histeris.
“Aaaaahh, lucu bangett! makasih, Kak!”
Tyas melompat ke tempat tidur dan memeluk erat kakaknya, Dan tiba-tiba mencium bibir Dea. Dea tersentak, bukan karena Tyas menciumnya, tapi karena getaran elektrik yg ia rasakan dari bibir Tyas yg basah menyambar bibirnya dan menyebar ke sekujur tubuhnya. Ciuman yg sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik itu membuat jantung Dea berdebar. Tyas melepas ciumannya, namun tak melepas pelukannya yg begitu erat. Dea tersenyum berusaha menutupi perasaanya, lalu mengcup bibir Tyas dengan lembut. Tyas, meletakkan gelas itu di mejakecil di samping tempat tidurnya dan merebahkan diri. Ia menarik Dea agar berbaring di sampingnya, lalu kembali memeluknya.
“Kak, Tyas kangen banget ma kakak. Sejak Kakak sama mbak Rini, kapan kita pernah tidur bareng lagi? cerita-cerita sampai ketiduran? nggak pernah kan…?

“Bukan begitu, Yas” jawab Dea, “Kakak kan kuliahnya sibuk banget, bukan karena pacaran sama Rini”
Dea kembali merasakan dadanya berdebar hanya karena dipeluk oleh tyas adikanya yg cantik ini. Ia baru menyadari bahwa ia memang sudah lama sekali tak pernah sedekat ini dengan Tyas.
“Lagian ngapain sich kak Dea pacara sama mbak Rini? Nanti ketauan Ayah baru tau lho…!” kata Tyas sambil mengeryitkan dahinya seakan memarahi kakaknya.
Wajah Tyas begitu dekat dengan wajah Dea, membuat Dea merasa canggung dan semakin berdebar-debar dadanya. Dea berusaha keras meredam ketegangannya dan menutupi perasaanya dari adiknya.

“Sok tau kamu” kata Dea.
“Ayah kan sudah tau kakak pacara sama Rini. Malah sebelum berangkat ke inggris, Rini pernah ketemu dan ngobrol sama Ayah. Sekarang Ayah sudah bisa kok menerima kenyataan bahwa kakak emang lesbian”

Hangatnya dengusan nafas Tyas di lehernya membuat Dea semakin berdebar dan ia merasakan panas yg hebat dari selangkannya. Dea tau ia tak mampu menahan diri lebih lama lagi saat CD nya mulai basah oleh cairan memeknya.

“Sana kamu mandi dulu!” tukas Dea sambil mendorong Tyas,”kamu bau matahari!”
“Nngg…” balas Tyas kolokan walau tetap melepaskan lengannya yg melingkari pinggang Dea.
“Tapi kakak jangan pergi dulu ya… Tyas masih kangen sama kakak” kata Tyas sambil melangkah ke kamar mandi.

Dea duduk dan melipat kedua kakinya rapat di depan dadanya. Ia memeluk kedua kakinya sambil menyandarkan dagu ke lututnya. Ia menghela nafas dalam-dalam berusaha menenangkan gairahnya.

‘Kenapa aq sampai begitu, sich!” Dea memarahi dirinya sendiri dalam hati. ‘Tyas kan adik kandungku sendiri!” “Mungkinkah karena sudah hampir 6 bulan Rini pergi dan aq kangen pada pelukan dan sentuhan lembut seorang perempuan?” Dea meluruskan kakinya di tempat tidur dan mulai meraba-raba pahanya.

Sambil membayangkan dada Rini yg montok, tangan kiri Dea meraba-raba dadanya sendiri, sementara tangan kanannya naik meremas-remas selangkangannya.
Dea tersentak dari lamunannya dan melepas kedua tangannya dari bagian-bagian vitalnya dan kembali menarik napas dalam-dalam. Ia tak ingin terlihat bergairah saat adiknya keluar dari kamar mandi nanti.

Tak memakan waktu lama, Tyas keluar dari kamar mandi dalam keadaan bugil. Ia mengambil CD dan daster dari lemari. Dea menatap adiknya memakai CD, jantungnya yg belum sepenuhnya kembali normal langsung berdebar lagi melihat tubuh Tyas yg langsing namun berisi itu. Tyas tdk mengenakan dasternya, tetapi langsung duduk bersila di sisi kakaknya di ranjang dan meletakkan dasternya di pangkuannya.

Dea tersenyum berusaha menutupi gairahnya dan membelai rambut adiknya. Tyas memonyongkan bibirnya seperti orang ngambek dan berkata,
“Kak Dea kok mau sih ama Mbak Rini? Dia kan..” Tyas tampak agak ragu sebelum akhirnya melanjutkan,

“Dia kan nggak cantik.” Bukannya marah, senyum Dea malah berubah jadi tawa,
“Kamu nggak boleh menilai orang dari penampilan fisiknya. Rini kan baik banget orangnya, lembut dan penuh pengertian. Lagian fisiknya juga nggak jelek-jelek amat. Toket dan pantatnya kan gede banget, Yas.
Asyik banget untuk diremas. Dan ciumannya jago banget. Dia yg ngajarin Kakak ciuman.”
“Iya sih. Toket Tyas nggak gede ya, Kak?” kata Tyas sambil memandang toketnya.
“Siapa bilang?” balas Dea,

“Toket kamu gede lagi! Kamu tuh tumbuh melebihi orang seumurmu. Waktu Kakak 17 tahun, toket Kakak belum segede kamu.”
Dengan polos, Tyas bertanya,
“Emang enak, Kak, diremas ama sesama cewek?”
Belum sempat Dea menjawab, Tyas meraih tangan kakaknya dan meletakkannya di atas dadanya. Dea tersentak, namun membiarkan Tyas menggerakkan tangannya berputar-putar di dada adiknya yg terasa lembab dan segar itu.

“Mmmhh..” Tyas mendesah dan matanya setengah menutup.
Gairah Dea yg sudah sulit dikendalikan semakin meledak melihat reaksi adiknya yg sangat merangsang itu. Dea mulai meremas-remas dada adiknya dengan lembut lalu memilin-milin puting dada Tyas yg terasa semakin membesar dan mengeras.

“Uhh..” Tyas kembali mendesah dan membiarkan Dea meraba dan meremas dadanya, sementara kedua tangannya sendiri meremas sprei kasurnya. Tak lagi berusaha mengendalikan gairahnya yg sudah memuncak, Dea meraih dagu adiknya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terus meremas dada Tyas dengan semakin bernafsu. Dea menarik wajah Tyas dan mengecup bibirnya yg basah.

“Mmmmpphhh..” reaksi Tyas yg hanya berupa desahan itu membakar nafsu Dea.
Sambil meremas dada adiknya dengan bergairah, Dea mengulum bibir bawah adiknya yg segera membuat Tyas membalas dengan mengulum bibir atas Dea. Kakak beradik ini saling menghisap bibir selama beberapa saat, sampai akhirnya Dea melepas ciuman mereka. Tyas membuka mata mendapatkan ia dan kakaknya sama-sama terengah-engah setelah berciuman dengan penuh gairah.

“Ohh, ternyata enak ya, Kak? Tyas nggak nygka deh. Kak Dea juga enak?” tanya Tyas dengan polos.
“Gila kamu, Yas! Dari tadi Kakak udah mau mati nahan gairah Kakak gara-gara kamu peluk, kamu cium, ngelihat kamu telanjang!” jawab Dea,
“Kamu sih! Ngapain lagi kamu tarik tangan Kakak ke toket kamu?”
Tyas tampak terkejut dengan kerasnya kata-kata kakaknya,
“Sorry, Kak. Tyas cuma kangen aja ama Kak Dea dan pengen disentuh. Sorry..” katanya sambil menundukkan kepala.

“Ssstt..” Dea menarik dagu adiknya lagi hingga mereka saling bertatapan, lalu menampilkan senyumnya yg manis,
“Tapi kamu suka kan?” Tyas hanya membalas dengan senyuman yg tak kalah manisnya.
Dea menggeser duduknya di ranjang hingga bersandar pada dinding,
“Sini,” ia menarik lengan Tyas agar duduk di sisinya.
Mereka duduk berdampingan, Dea membelai rambut Tyas, lalu dengan tangan di belakang kepala adiknya, Dea menarik wajah Tyas mendekati wajahnya,

“Nih ajaran Rini. Kamu nilai sendiri enak apa nggak.” Dea kembali mencium bibir Tyas.
Kendali diri sudah sepenuhnya kembali pada dirinya setelah menyadari bahwa Tyas juga menikmati semua ini, Dea mengatur alur percintaan tanpa tergesa-gesa. Ia tak lagi meraba-raba adiknya. Kini Dea hanya mengulum bibir adiknya, kadang seluruh mulutnya, lalu melepasnya, lalu mengulumnya lagi. Kadang ia biarkan Tyas yg menghisap bibirnya dengan lebih bernafsu, lalu melepasnya untuk melihat adiknya maju mengejar mulutnya yg sedikit ia buka, memancing gairah Tyas.

Dea mendorong adiknya hingga rebah di kasur. Mereka berciuman lagi dengan penuh gairah.
“Kak..” Tyas mendesah.
Dea menjawab dengan menyelusupkan lidahnya dengan lembut ke dalam mulut Tyas yg sedikit terbuka. Tenggorokan Tyas tercekat saat merasakan lidahnya bersentuhan dengan lidah kakaknya. Ini perasaan yg belum pernah ia rasakan sebelum ini. Ia tak menygka akan merasakan rangsangan luar biasa sebagai akibatnya.

Jilatan lembut Dea pada langit-langit dan lidah Tyas membuat Tyas terangsang, namun menjadi semakin rileks karena merasa semakin menyatu dengan kakaknya. Tyas mulai membalas gerakan lidah Dea dengan gerakan lidahnya sendiri. Mengetahui adiknya sudah bisa menikmati ini, Dea membelitkan lidahnya pada lidah Tyas sambil menghisap bibir adiknya. Dea melepas lidahnya dari mulut adiknya, lalu berkata,
“Hisap lidah Kakak, Sayang.”

Kata-kata lembut Dea membuat Tyas semakin bergairah, seakan sedang bercinta dengan kekasihnya. Dengan bernafsu, ia menghisap lidah Dea yg kembali menjelajahi mulutnya. Mereka berciuman dan bergantian saling menghisap lidah untuk waktu yg lama. Merasa gairah adiknya dan gairahnya sendiri semakin membara, Dea mulai meningkatkan kecepatan percintaan dengan meraba paha dan selangkangan Tyas. Tyas mendesah saat merasakan sentuhan di bagian yg belum pernah disentuh siapa pun itu. Dea melepas bibirnya dari bibir adiknya, lalu mulai menjilati telinga dan leher Tyas. Desahan Tyas mulai berubah menjadi erangan kenikmatan.
Tanpa melepas tangannya dari selangkangan Tyas, Dea menurunkan jilatannya ke dada adiknya yg montok itu.
“Ah..!” Tyas menjerit kecil saat pertama kali lidah kakaknya menyentuh puting toketnya,
“Aaahhhh.. ooohhhh.. Kak..” desahnya dengan penuh kenikmatan.

Tyas membuka matanya menyaksikan Dea menjilati puting dan toket Tyas dengan semakin cepat dan bernafsu, membuat putingnya membesar dan mengeras. Kadang Dea menggigit puting Tyas membuat Tyas menjerit kecil dan memaju-mundurkan pantatnya seirama dengan gerak tangan Dea di selangkangannya, sehingga tangan Dea terasa semakin menekan dan meremas di selangkangannya yg kini sudah basah kuyup.

Bangkit dari dada Tyas, Dea menduduki adiknya dengan selangkangan tepat di atas selangkangan adiknya. Dea menarik kaosnya lalu melemparkannya ke lantai. Kedua tangan Tyas meremas dada kakaknya saat Dea sedang berusaha melepas BH-nya. Dea melempar BH-nya dan Tyas semakin bernafsu meremas dada dan puting telanjang kakaknya. Mereka saling menghujam selangkangan hingga saling menekan.
“Eehhhhhh..” desah Dea yg menikmati remasan adiknya pada dadanya yg telah membesar dan mengeras itu.

Tak tahan lagi untuk segera merasakan adiknya, Dea bangkit membuka celana pendek sekaligus CD nya, lalu menarik CD Tyas hingga terlepas, menampilkan setumpuk kecil bulu tipis yg menutupi kemaluan yg telah membengkak penuh gairah. Bau seks menyebar dari memek Tyas, membuat isi kepala Dea serasa berputar penuh gairah tak tertahankan.
Dea meraba bibir memek adiknya yg telah berlumuran lendir gairah.
“Aaahhh, Kakaak!” Tyas tersentak merasakan nikmatnya sentuhan di titik terlarang itu.
Tak tahan lagi, Dea segera menjilati bibir memek Tyas dengan bernafsu, menikmati manisnya lendir memek Tyas.

“Oh! Oh! Kak! Oh!” Tyas menjerit-jerit tak tertahankan, tubuhnya menggelinjang merasakan kenikmatan yg tak pernah terbayangkan olehnya.
Dua jari Dea membuka bibir memek Tyas, menampilkan klitoris yg telah membengkak keras dan teracung keluar. Lidah Dea menari pada klitoris adiknya sambil tangan kirinya naik meremas-remas toket Tyas, membuat Tyas terpaksa mencengkeram sprei untuk menahan gelinjang tubuhnya yg semakin sulit dikendalikan. Ini tak membantu menahan jeritannya yg semakin keras
“Oooghhh! Oooghhh! ohhhh, Kakaak! Nikmat, Kaak! Jangan berhen.. aagghh!” Tyas telah terlontar ke dalam dunianya sendiri.

Memang tak berniat berhenti, lidah Dea masuk ke dalam memek Tyas dan menjilatinya tanpa ampun. Tyas meluruskan kedua lengannya di sisi menopang tubuhnya ke posisi duduk mengangkang, menyaksikan kepala kakaknya di antara kedua pahanya. Tak mampu mengendalikan kenikmatan seks yg terus meningkat ini, Tyas menghunjamkan selangkangannya ke wajah kakaknya berulang kali, sementara lidah Dea semakin cepat bergetar di dalam memek Tyas, sambil menikmati lendir memek adiknya yg terus mengalir ke dalam mulutnya.

Hunjaman selangkangan dan gelinjang tubuh Tyas yg semakin kasar dan tak terkendali membuat Dea tahu bahwa adiknya tak akan tahan lebih lama lagi. Ia semakin bernafsu menjilati adiknya, di dalam memek, bibir memek serta klitorisnya. Tepat dugaannya, tak lama kemudian kedua paha Tyas menghentak kaku menjepit kepala Dea, tubuh Tyas bergelinjang semakin kasar dan liar, sementara memeknya berkontraksi dan memuncratkan gelombang demi gelombang lendir seks yg tak mampu lagi ia bendung.
“Ooghhh.. oohh.. oohhh Kakk..” jerit Tyas tak peduli lagi pada dunia, hanya kenikmatan orgasme pertamanya ini yg berarti baginya.

Dea membuka mulutnya, mengulum seluruh memek adiknya dan menenggak lendir orgasme yg membanjiri seisi mulutnya hingga sebagian menetes dari bibirnya ke dagu dan lehernya.
Orgasme demi orgasme melanda Tyas selama semenit penuh, hingga akhirnya ia merasa begitu lemah sampai tubuhnya jatuh ke kasur dengan penuh kenikmatan dan kepuasan. Dea menjilati lendir yg lolos ke sisi selangkangan dan paha adiknya, lalu memanjat tubuh adiknya dan menindih tubuh adiknya. Sambil terengah-engah, ia menyaksikan Tyas yg memejamkan mata penuh kepuasan. Dea mengecup bibir Tyas, membuat Tyas membuka matanya dan tersenyum. Ia memeluk tubuh telanjang Dea, lalu membalas kecupan kakaknya dengan ciuman penuh pada mulut Dea. Lidah mereka terpaut, Tyas menghisap lidah kakaknya, lalu melepaskannya untuk menjilati wajah, pipi dan leher Dea yg berlumuran lendir orgasmenya sendiri. Lendir seks ini terasa nikmat dan manis baginya.

Tyas tahu Dea terengah-engah bukan hanya karena habis memakan memeknya dengan brutal, namun juga karena gairahnya yg telah memuncak. Tyas melorotkan diri di bawah tubuh kakaknya, menggesekkan toketnya pada toket Dea. Wajah Tyas tiba di depan toket Dea saat Dea mengangkat tubuhnya dengan menopangkan dirinya pada sikunya. Tanpa ragu Tyas mulai menjilati puting toket kakaknya hingga napas Dea semakin tersenggal-senggal menahan gairah yg semakin melonjak dalam dirinya. Selangkangannya semakin memanas dan lendir seksnya meleleh keluar dari memeknya, menetes-netes di paha Tyas.
“Ohh, Sayang! Kakak nggak tahan lagi, Sayang!” erang Dea.

Memahami maksud kakaknya, Tyas melorotkan tubuhnya kembali hingga wajahnya tiba di depan memek Dea, dan tanpa menunda lagi, Tyas langsung menyusupkan lidahnya ke dalam memek kakaknya.
“Oooghhh! ooohhh! Sayaang!” Dea menjerit selagi Tyas sibuk menjilati memeknya dari dalam hingga ke klitorisnya berulang-ulang.

Dengan bernafsu, Dea menduduki wajah adiknya, lalu menggoyangkan tubuhnya, menghujamkan memeknya ke wajah adiknya berulang kali. Sambil meremas pantat Dea, Tyas meluruskan lidahnya hingga kaku dan menghujam wajahnya seirama dengan gerakan pantat kakaknya ini. Lendir gairah meleleh ke wajah dan pipi Tyas saat ia memaikan kakaknya dengan lidahnya. Tak lama Dea mampu bertahan setelah gelombang rangsangan bertubi-tubi yg telah ia nikmati, puncak kenikmatan pun meledak dan Dea tersentak kaku di atas wajah adiknya dalam kepuasan orgasme demi orgasme yg menyemprotkan lendir panas ke dalam mulut Tyas berulang kali.
Tyas berusaha keras menghisap dan menelan seluruh lendir orgasme Dea yg memenuhi mulutnya. Begitu banyaknya lendir kepuasan yg Dea tumpahkan ke mulut adiknya, sebagian terpaksa mengalir keluar ke pipi Tyas. Dari kaku, perlahan-lahan tubuh Dea mulai melemas dan jepitan pahanya pada kepala Tyas pun mulai mengendur, hingga akhirnya Dea jatuh terbaring lemas di atas ranjang. Tyas mendekati wajah kakaknya yg menantinya dengan tersenyum, lalu mencium bibir kakaknya. Mereka berpelukan dan berciuman beberapa saat. Dea membelai rambut adiknya, sementara Tyas meremas pantat kakaknya. Lelah berciuman, Dea menghela napas panjang sebelum akhirnya mengatakan,

“Aku cinta kamu, Sayang..” Tyas hanya tersenyum dan mereka terus berpelukan hingga tertidur dalam rasa lelah yg penuh dengan kepuasan.